Hipertensi menjadi momok menakutkan bagi para pasien COVID-19. Pasalnya, hipertensi disebut dapat memperparah kondisi pasien yang terinfeksi virus Corona, bahkan menyebabkan meninggal dunia.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kemenkes RI, Cut Putri Arianie, MD, MHKes, mengatakan bahwa satu dari sepuluh pasien COVID-19 di Indonesia yang mengidap hipertensi meninggal dunia.
"Satu dari sepuluh pasien, sekitar 13,3 persen pasien COVID dengan penyakit penyerta hipertensi itu meninggal," ucap Cut, mengutip dara Satgas COVID-19 per 6 Oktober, dalam webinar 'Temu Media Hari Hipertensi', Selasa (13/10/2020).
Menurut Wakil Ketua 1 Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia, dr Erwinanto, SpJP(K), FIHA, tingkat mortalitas atau kematian pasien COVID-19 akan menjadi lebih tinggi jika memiliki penyakit penyerta seperti hipertensi. Hal ini karena, beban sakit yang dialami pasien akan menjadi lebih berat untuk bisa pulih.
"Orang dengan hipertensi atau dengan komorbiditas itu orangnya lebih sakit dan secara logika bisa dibandingkan bahwa pasien-pasien ini akan menderita lebih berat dibandingkan orang yang tidak punya penyakit penyerta tersebut," jelas dr Erwin dalam kesempatan yang sama.
https://kamumovie28.com/the-da-vinci-code/
Uji Klinis 2 Vaksin COVID-19 Ini Sempat Disetop karena Relawan Jatuh Sakit
Uji klinis tahap akhir vaksin kandidat vaksin COVID-19 Johnson & Johnson dijeda sementara setelah seorang mengalami 'unexplained illness' yang kini kondisinya tengah diawasi oleh Data Safety Monitoring Board (DSMB).
Perusahaan tersebut dalam pernyataan resminya menyebut kondisi yang dialami relawan itu sangat umum terjadi dalam uji klinis. Masih belum jelas apakah relawan yang sakit merupakan penerima suntikan vaksin atau plasebo.
JNJ menolak untuk mengungkapkan rincian lebih lanjut tentang penyakit tersebut, dengan alasan privasi peserta.
"Kami harus menghargai privasi partisipan. Kamu juga terus mempelajari penyakit partisipan untuk mendapatkan semua fakta sebelum kami membagikan informasi lebih lanjut," tulis JNJ dalam pernyataan resminya.
Ini merupakan penangguhan kedua yang terjadi di antara beberapa kandidat vaksin COVID-19 yang telah melakukan uji klinis skala besar.
Sebelumnya, pada 9 September, uji klinis vaksin AstraZeneca dan Universitas Oxford dihentikan sementara setelah seorang partisipan mengembangkan gejala neurologis parah yang konsisten dengan myelitis transversal.
Penelitian sebelumnya dihentikan pada Juli selama beberapa hari setelah peserta yang mendapat vaksin mengalami gejala neurologis; ternyata itu adalah kasus multiple sclerosis yang tidak terdiagnosis yang tidak terkait dengan vaksin.
Setelah sempat dihentikan dua kali, uji klinis vaksin AstraZeneca dilanjutkan setelah mendapat izin dari pemerintah Inggris.
"Uji klinis untuk vaksin virus korona AstraZeneca Oxford, AZD1222, telah dilanjutkan di Inggris menyusul konfirmasi dari Medicines Health Regulatory Authority (MHRA) bahwa itu aman untuk dilakukan," jelas AstraZeneca dalam pernyataan resmi, dikutip dari AFP, Sabtu (12/9/2020).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar