Kasus harian infeksi COVID-19 masih terus bertambah setiap harinya. Saat ini angka positif COVID-19 nasional menyentuh rata-rata 3.000 per hari.
Data terkait penambahan kasus COVID-19 baik kasus baru, sembuh, dan meninggal, secara berkala diunggah Satgas COVID-19 setiap sore. Hanya saja ada perbedaan data dari pemerintah pusat dan daerah yang disampaikan di situs web tiap provinsi.
Contohnya di Jawa Tengah. Data pemerintah pusat menyebut jumlah pasien COVID-19 yang meninggal dunia di Jawa Tengah ada 1.607 orang. Namun data Pemprov Jateng per 20 Oktober mengumumkan jumlah akumulasi kasus COVID-19 yang meninggal ada 2.348 orang.
Menanggapi, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah dr Yulianto Prabowo MKes mengatakan masalah perbedaan terjadi karena datanya dinamis. Alasan lain karena di beberapa puskesmas, terjadi double input data yang menyebabkan data pusat dan daerah tidak sinkron.
"Kami juga menemukan double input data... Ini sedang berlangsung verifikasi dan validasi tetapi perbedaan ini bukan masalah carut marut dan data ini dinamis dan memang kita perlu mencocokkan," katanya di webinar Kemenkes, Rabu (21/10/2020).
Soal perbedaan data pusat dan daerah, Sekjen Kementerian Kesehatan Oscar Primadi mengatakan alasan terjadinya ketidaksesuaian data salah satunya waktu penginputan sehingga verifikasi dan validasi data harus terus dilakukan.
"Makanya ada validasi dan verifikasi untuk pengharmonisasian. Misalnya ada kekurangan dari SDM yang menginput data ini yang kita perkuat," kata Oscar.
"Perbaikan sistem sudah terbangun. Kita sudah punya satu sistem yang sama dimanfaatkan dari daerah sampai pusat," tutupnya.
https://cinemamovie28.com/myunggi/
BPOM Tegaskan Belum Ada Produk yang Disetujui sebagai Obat COVID-19
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI, Penny K Lukito menegaskan sampai saat ini belum ada produk yang disetujui secara global, yang diindikasi sebagai obat untuk mengatasi COVID-19.
"Namun, sampai saat ini belum ada produk yang disetujui secara global, dengan indikasi sebagai obat COVID-19" kata Penny dalam temu media daring, Rabu (21/10/2020).
Meski begitu, Penny mengatakan sampai saat ini BPOM terus meningkatkan pengembangan produk alam atau herbal yang bisa berpotensi untuk meningkatkan daya tahan tubuh, guna mencegah terjadinya penularan virus Corona.
Selain itu, produk herbal tersebut juga bisa digunakan untuk mengurangi dan mengatasi gejala COVID-19 yang sudah muncul pada seseorang.
"Keanekaragaman hayati yang kita miliki tentunya memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai fitofarmaka, untuk memelihara daya tahan tubuh, imunomodulator, anti-inflamasi. Atau sebagai produk herbal untuk memperbaiki gejala klinis COVID-19, misalnya mengurangi batuk, demam, dan sakit tenggorokan," jelasnya.
Adapun beberapa bahan alam atau herbal asli Indonesia yang sudah digunakan sejak turun temurun. Misalnya seperti temulawak dan juga jahe merah.
Sampai saat ini, jumlah obat herbal terstandar yang sudah terdaftar di BPOM masih terbatas jumlahnya. Baru ada 71 produk Obat Herbal Terstandar (OHT) dan 24 produk fitofarmaka.
https://cinemamovie28.com/my-friends-mother-2-looks-like-a-woman/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar