Kasus positif virus Corona COVID-19 di DKI Jakarta terus mengalami penambahan. Bahkan total akumulatifnya hampir tembus 100 ribu kasus.
Berdasarkan data corona.jakarta.go.id pada Jumat (23/10/2020), total kasus COVID-19 di ibu kota sudah mencapai 98.206 kasus. Totak kasus tersebut berasal dari 267 kelurahan di DKI Jakarta.
Dari data tersebut juga diketahui sebanyak 83.338 pasien telah dinyatakan sembuh dari COVID-19 dan 2.120 lainnya meninggal dunia.
Hingga saat ini, Pademangan Barat, Jakarta Utara, menjadi kelurahan dengan kasus positif COVID-19 tertinggi di DKI, yakni 731 kasus. Sementara urutan kedua berada di Penjaringan, Jakarta Utara, sebanyak 670 kasus.
Berikut 25 kelurahan dengan kasus positif COVID-19 terbanyak di DKI Jakarta per 23 Oktober 2020, dikutip dari data corona.jakarta.go.id.
Pademangan Barat (Jakarta Utara): 731 kasus
Penjaringan (Jakarta Utara): 670 kasus
Lagoa (Jakarta Utara): 652 kasus
Cempaka Putih (Jakarta Pusat): 649 kasus
Kebon Jeruk (Jakarta Barat): 637 kasus
Sunter Agung (Jakarta Utara): 612 kasus
Penggilingan (Jakarta Timur): 586 kasus
Cengkareng Timur (Jakarta Barat): 576 kasus
Kapuk (Jakarta Barat): 575 kasus
Sunter Jaya (Jakarta Utara): 575 kasus
Jatinegara (Jakarta Timur): 546 kasus
Duren Sawit (Jakarta Timur): 536 kasus
Palmerah (Jakarta Barat): 530 kasus
Johar Baru (Jakarta Pusat): 493 kasus
Kebon Melati (Jakarta Pusat): 475 kasus
Pegangsaan Dua (Jakarta Utara): 468 kasus
Semper Barat (Jakarta Utara): 467 kasus
Ciracas (Jakarta Timur): 455 kasus
Lebak Bulus (Jakarta Selatan): 443 kasus
Tugu Utara (Jakarta Utara): 441 kasus
Halim Perdana Kusumah (Jakarta Timur): 427 kasus
Rawasari (Jakarta Pusat): 425 kasus
Petamburan (Jakarta Pusat): 424 kasus
Pondok Bambu (Jakarta Timur): 423 kasus
Kalideres (Jakarta Barat): 418 kasus
https://cinemamovie28.com/insurance-queen-her-business-secrets/
Negara Ini Batal Pesan Vaksin COVID-19 AstraZeneca, Ini Alasannya
Pemerintah Peru mengatakan bahwa mereka menolak untuk menandatangani perjanjian pembelian vaksin COVID-19 dengan AstraZeneca. Alasan pembatalan disebut karena pihak AstraZeneca tidak memberikan data yang cukup dari studi dan menawarkan jumlah inokukasi yang minimal.
Perdana Menteri Walter Martos mengatakan dalam konferensi pers, Kamis (22/10/2020), bahwa pemerintah telah meminta data dari studi vaksin AstraZeneca, tapi perusahaan farmasi tersebut belum mengirimkan informasi yang dibutuhkan.
"Laboratorium lain telah mengirimkan pada kami, namun AstraZeneca belum," kata Martos dikutip dari Reuters.
"Mereka menawarkan kepada kami jumlah vaksin yang sangat rendah dibandingkan dengan laboratorium lain yang menawarkan kepada kami dalam jumlah besar dengan biaya lebih murah," katanya.
Ditambahkan oleh Martos, meskipun terjadi perlambatan dalam jumlah infeksi baru di Peru, gelombang kedua pandemi di negara itu mungkin terjadi. AstraZeneca juga disebut berencana melakukan uji coba di Peru.
Tingkat infeksi dan kematian akibat COVID-19 di Peru telah melambat sejak September. Hingga Kamis, kasus COVID-19 di Peru mencapai 879.876 dengan 33.984 kematian.
https://cinemamovie28.com/my-lovers-mother-the-day-she-my-woman/
#Cokelathitamdanalmond #Telurrebus #Sardenkalengan #Edamame #camilansehat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar