Gadis berusia 13 tahun dinyatakan negatif COVID-19 namun menularkan virus ke 11 anggota keluarga lainnya. Kasus ini terungkap dalam studi Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC).
Mulanya, gadis ini dinyatakan negatif COVID-19 dua hari sebelum menjalani liburan keluarga selama tiga minggu. Meski hasil tes negatif, ternyata ia menularkan COVID-19 ke anggota keluarganya yang berusia 9 hingga 72 tahun.
Ia diketahui tidak menggunakan masker dan menjaga jarak. Remaja ini diduga sudah lebih dulu tertular COVID-19 sebelum akhirnya tes menunjukkan hasil negatif sehingga masih ada risiko penularan.
CDC menyebut hal ini dilihat dari keluhan gejala sang anak saat hidungnya tersumbat. Namun, CDC tidak menjelaskan di mana kejadian tersebut karena berkaitan dengan privasi keluarga.
Tetapi, dalam catatan jurnal penelitian, disebutkan departemen kesehatan masyarakat di Massachusetts, Rhode Island, Georgia dan Illinois.
"Temuan dalam laporan ini menyoroti perlunya mereka yang berpotensi terpapar COVID-19 untuk melakukan karantina sendiri selama 14 hari setelah terpapar atau setelah perjalanan antarnegara bagian ketika diberi mandat oleh otoritas negara bagian, teritorial, suku atau lokal," juru bicara CDC Scott Pauley mengatakan kepada The Washington Post melalui email.
"Jarak sosial, penggunaan masker, dan kebersihan tangan mengurangi penularan dalam pengaturan kelompok dan mungkin dapat mencegah COVID-19 jika diterapkan dengan benar," lanjutnya.
Pentingnya jaga jarak
Dalam kasus tersebut, tidak semua anggota keluarga tertular. Ada enam di antaranya yang tidak terpapar COVID-19 karena tetap menjaga jarak.
Menanggapi kasus ini, CDC mengingatkan pentingnya isolasi mandiri 14 hari usai bepergian antarnegara. Meski dinyatakan negatif beberapa hari sebelumnya, tidak bisa dipastikan apakah penularan terjadi di perjalanan atau sudah lebih dulu tertular sebelum tes COVID-19.
https://kamumovie28.com/my-daughters-friend-2/
Detail Kondisi Ketersediaan Tempat Tidur Pasien COVID-19 di RI, Sumbar Terbanyak
- Penularan COVID-19 masih terus terjadi di Indonesia. Makin tingginya kasus COVID-19 membuat rumah sakit dipadati oleh pasien COVID-19.
Kondisi ini membuat banyak yang khawatir soal ketersediaan tempat tidur di rumah sakit bagi pasien COVID-19 sebab beberapa waktu lalu banyak RS yang melaporkan mulai kehabisan ruang isolasi. Bagaimana faktanya?
"Untuk data ini okupansi tertinggi di Sumbar sebanyak 64 persen dan terendah di Nusa Tenggara Timur dengan 9 persen. Indonesia rata-ratanya 43,93 persen," ujar Plt. Dirjen Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan , Prof. Dr. H. Abdul Kadir, dalam webinar Kemenkes, Jumat (16/10/2020).
Untuk mengantisipasi penuhnya ruang isolasi, Kemenkes menyebut telah melakukan persiapan untuk meningkatkan kapasitas RS seperti menambah tempat tidur, ruang ICU, sampai SDM kesehatan untuk menangani pasien COVID-19.
Berdasarkan data yang dihimpun oleh Kementerian Kesehatan per 13 Oktober, berikut rasio ketersediaan tempat tidur pasien COVID-19 di RS per provinsi, tidak termasuk RS Darurat Wisma Atlet.
Sumatera Barat: 64 persen
Banten: 61 persen
Jambi: 58 persen
Riau: 57 persen
Jawa Barat: 54 persen
DKI Jakarta: 54 persen
Kalimantan Timur: 52 persen
Papua: 49 persen
Jawa Tengah: 49 persen
Bali: 47 persen
Kepulauan Riau: 47 persen
Sulawesi Barat: 45 persen
Sulawesi Tenggara: 42 persen
Papua Barat: 39 persen
Sulawesi Tengah: 38 persen
Sumatera Utara: 37 persen
Jawa Timur: 37 persen
Sumatera Selatan: 36 persen
Lampung: 35 persen
Aceh: 35 persen
DI Yogyakarta: 33 persen
Kalimantan Barat: 33 persen
Kalimantan Tengah: 32 persen
Kalimantan Selatan: 31 persen
Sulawesi Selatan: 19 persen
Maluku: 19 persen
Sulawesi Utara: 18 persen
Nusa Tenggara Barat: 17 persen
Gorontalo: 16 persen
Maluku Utara: 15 persen
Bengkulu: 13 persen
Kalimantan Utara: 13 persen
Kep Bangka Belitung: 12 persen
Nusa Tenggara Timur: 9 persen
Tidak ada komentar:
Posting Komentar