- Penularan COVID-19 masih terus terjadi di Indonesia. Makin tingginya kasus COVID-19 membuat rumah sakit dipadati oleh pasien COVID-19.
Kondisi ini membuat banyak yang khawatir soal ketersediaan tempat tidur di rumah sakit bagi pasien COVID-19 sebab beberapa waktu lalu banyak RS yang melaporkan mulai kehabisan ruang isolasi. Bagaimana faktanya?
"Untuk data ini okupansi tertinggi di Sumbar sebanyak 64 persen dan terendah di Nusa Tenggara Timur dengan 9 persen. Indonesia rata-ratanya 43,93 persen," ujar Plt. Dirjen Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan , Prof. Dr. H. Abdul Kadir, dalam webinar Kemenkes, Jumat (16/10/2020).
Untuk mengantisipasi penuhnya ruang isolasi, Kemenkes menyebut telah melakukan persiapan untuk meningkatkan kapasitas RS seperti menambah tempat tidur, ruang ICU, sampai SDM kesehatan untuk menangani pasien COVID-19.
Berdasarkan data yang dihimpun oleh Kementerian Kesehatan per 13 Oktober, berikut rasio ketersediaan tempat tidur pasien COVID-19 di RS per provinsi, tidak termasuk RS Darurat Wisma Atlet.
Sumatera Barat: 64 persen
Banten: 61 persen
Jambi: 58 persen
Riau: 57 persen
Jawa Barat: 54 persen
DKI Jakarta: 54 persen
Kalimantan Timur: 52 persen
Papua: 49 persen
Jawa Tengah: 49 persen
Bali: 47 persen
Kepulauan Riau: 47 persen
Sulawesi Barat: 45 persen
Sulawesi Tenggara: 42 persen
Papua Barat: 39 persen
Sulawesi Tengah: 38 persen
Sumatera Utara: 37 persen
Jawa Timur: 37 persen
Sumatera Selatan: 36 persen
Lampung: 35 persen
Aceh: 35 persen
DI Yogyakarta: 33 persen
Kalimantan Barat: 33 persen
Kalimantan Tengah: 32 persen
Kalimantan Selatan: 31 persen
Sulawesi Selatan: 19 persen
Maluku: 19 persen
Sulawesi Utara: 18 persen
Nusa Tenggara Barat: 17 persen
Gorontalo: 16 persen
Maluku Utara: 15 persen
Bengkulu: 13 persen
Kalimantan Utara: 13 persen
Kep Bangka Belitung: 12 persen
Nusa Tenggara Timur: 9 persen
https://kamumovie28.com/lost-in-the-pacific/
Gejala COVID-19 Lansia & Komorbid Beda dari Orang Biasa, Apa Saja?
Gejala umum COVID-19 bisa saja tidak muncul pada lansia dan orang dengan komorbid yang terpapar virus Corona. Mereka justru mengalami gejala lain yang cenderung sulit diprediksi sebagai tanda-tanda COVID-19.
Dokter Spesialis Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta Dr. dr. Czeresna Heriawan Soejono mengungkapkan, gejala batuk, sesak napas, dan kehilangan indera penciuman yang menjadi gejala umum COVID-19, sering kali tidak ditemukan pada lansia dan orang berkomorbid. Oleh sebab itu, menurut dr. Soejono, dua kategori tersebut mesti mendapatkan perhatian yang lebih serius.
"Lansia dan komorbid ini perlu perhatian khusus, lebih ketat monitoringnya karena gejalanya khas sekali," ujar dr. Soejono dikutip dari situs covid19.go.id, Jumat (16/10/2020).
Ia memaparkan, alih-alih menunjukkan gejala umum COVID-19, beberapa pasien lansia dan orang berkomorbid mengalami gejala lain, seperti kehilangan nafsu makan, terjadi perubahan perilaku, hingga kehilangan kesadaran. Menurut dr. Soejono, penyakit bawaan lansia atau orang berkomorbid akan semakin memperparah gejala yang dialami.
Kepala Staf Medik Fungsional Pulmonologi Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso Jakarta, dr. Adria Rusli, Sp.P (K) menambahkan, perhatian keluarga sangat dibutuhkan demi mengantisipasi paparan COVID-19 pada lansia dan orang berkomorbid. Mereka harus ditempatkan di lingkungan yang bersih, mengonsumsi makanan sehat, dan istirahat yang cukup.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar