Minggu, 11 Oktober 2020

Kondisi Terbaru Ini Jadi Tanda Kritis Pasien COVID-19

 Penyakit COVID-19 yang telah menyebar ke seluruh penjuru dunia telah menyebabkan komplikasi yang beragam yang bisa terjadi di area tubuh. Mulai dari paru-paru, jantung, hingga otak.

Namun, ada satu kondisi yang bisa membuat pasiennya semakin berisiko terhadap virus Corona. Salah satu tanda terbarunya adalah ditemukannya zat seperti 'jelly' di dalam paru-paru pasien COVID-19.


Jika zat ini ada di dalam paru-paru, pasien akan membutuhkan ventilator mekanik. Para ilmuwan di Umea University, Swedia, mengatakan alat medis itu berfungsi untuk membantu pasien COVID-19 agar bisa bernapas dengan baik.


Awalnya para dokter mengidentifikasi 'jelly' ini sebagai bercak putih pada pasien kritis, saat dilakukan pemindaian paru-paru. Tetapi, mereka akhirnya mengetahui 'jelly' itu adalah zat yang dikenal dengan hyaluronan.


Hyaluronan ini bisa ditemukan di dalam tubuh, tapi zat ini mengikat banyak air dan membentuk gel. Gel inilah yang bisa mengganggu pasien COVID-19.


Gel ini bisa mengurangi jumlah oksigen yang pasien COVID-19 hirup. Sehingga pasien membutuhkan alat untuk membantu pernapasannya.


"Saat melakukan pemindaian paru-paru pada pasien COVID-19 yang sakit kritis, para ahli profesional medis bisa melihat adanya bercak putih," jelas para peneliti yang dikutip dari Express, Sabtu (10/10/2020).


"Selain itu, saat mengautopsi beberapa pasien COVID-19 yang meninggal terlihat paru-parunya dipenuhi cairan 'jelly' bening, yang sangat mirip dengan paru-paru orang yang tenggelam," lanjutnya.


Sampai saat ini masih belum diketahui dari mana 'jelly' ini berasal. Tetapi, sudah ada perawatan untuk memperlambat produksi hyaluronan.


Pasien COVID-19 dengan 'jelly' di paru-parunya mungkin akan mengalami kesulitan saat bernapas. Hal ini bisa menjadi indikator dari infeksi yang serius.

https://nonton08.com/miracle-in-cell-no-7/


Migrain Bertahun-tahun, Ternyata Ada Cacing Pita di Otak Wanita Ini


 Seorang wanita berusia 25 tahun asal Australia sudah menderita migrain selama 7 tahun. Setelah diperiksa, ternyata ada larva cacing pita di otaknya.

Wanita yang bekerja sebagai barista di sebuah kafe di Melbourne, Australia ini langsung dibawa ke rumah sakit saat dirinya merasa penglihatannya kabur dan sakit di kepalanya.


Setelah dokter melakukan pemindaian MRI, terlihat lesi sepanjang 8 milimeter di lobus okiptal di bagian belakang kepalanya. Saat ahli bedah mengangkat sesuatu yang mirip kista, ternyata itu bukanlah jaringan manusia, melainkan cacing pita.


Dari tes DNA menunjukkan bahwa itu adalah Taenia Solium yang dikenal sebagai cacing pita babi, karena sering ditularkan ke manusia saat mengkonsumsi daging babi yang kurang matang.


Kasus ini pun diyakini sebagai kasus asli pertama dari neurocysticercosis atau penyakit yang disebabkan infeksi sistem saraf pusat yang karena larva cacing pita di Australia.


Menurut penulis studi yang diterbitkan di The American Journal of Tropical Medicine, sebelumnya kasus yang terjadi di Australia berasal dari imigran atau penduduk yang baru kembali setelah melakukan perjalanan ke daerah endemik.


Sementara wanita itu belum pernah bepergian ke negara yang sering terjadi penularan cacing pita, seperti sebagian negara Asia dan Amerika Latin. Para ilmuwan percaya ia mungkin tidak sengaja menelan telur T solium yang dilepaskan oleh pembawa cacing pita lain yang berasal dari negara terdampak.


"Dokter perlu menyadari bahwa dengan kemudahan dan frekuensi perjalanan dunia, penyakit yang sangat endemik di banyak negara bagian dunia bisa menimbulkan risiko bagi penduduk negara dengan endemisitas rendah," jelas penulis studi tersebut yang dikutip dari Independent, Minggu (11/10/2020).

https://nonton08.com/patriots-day/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar