Selasa, 27 Oktober 2020

Sederet Hoax Soal Cara Bunuh Corona yang Tak Perlu Dipercaya Lagi

 Virus Corona COVID-19 menyebar luas ke berbagai negara di seluruh dunia. Namun, tidak sedikit informasi hoax yang beredar terkait cara membunuh virus Corona.

Salah satunya soal suhu tinggi yang disebut bisa membunuh virus Corona. Kamu mungkin pernah mendengar tentang beberapa kemungkinan metode terkait suhu panas bisa membunuh virus Corona.


Dikutip dari laman Healthline, memaparkan tubuh pada suhu yang tinggi tidak dapat mencegah COVID-19.


Memaparkan tubuh dalam suhu tinggi seperti mandi air panas, duduk di dalam sauna, menggunakan pengering rambut, metode ini tidak mungkin menghasilkan suhu yang diperlukan untuk membasmi virus SARS-CoV-2 secara efektif.


Alih-alih membunuh virus, melakukan metode tersebut justru bisa membahayakan tubuh, terutama pada suhu yang lebih tinggi dan berpotensi membakar atau bisa melepuhkan kulit.


Mungkin kamu juga pernah mendengar bahwa cuaca yang hangat dan sinar UV dapat membunuh kuman termasuk virus. Namun, berjemur untuk mencegah COVID-19 bukanlah ide yang baik.


Jenis sinar UV di bawah sinar matahari (sinar UVA dan UVB) tidak efektif dalam membunuh kuman. Selain itu, paparan sinar matahari dalam waktu lama dapat menyebabkan kerusakan kulit, kulit terbakar, dan kemungkinan kanker kulit.


Untuk mencegah SARS-CoV-2 di rumah, fokuslah untuk mendesinfeksi permukaan dengan sentuhan tinggi secara teratur, dan mencuci tangan setelah berada di tempat umum.

https://kamumovie28.com/east-west-neighbours-1997/


Sempat Dinyatakan Sembuh, Pria Ini Meninggal Akibat 'Long-Covid'


Seorang pasien COVID-19 meninggal dunia setelah menjalani perawatan intensif selama 60 hari dan sempat dinyatakan sembuh. Pihak keluarga menyebut pasien ini meninggal akibat 'long-Covid'.

Roehl Ribaya, 47, pertama kali dirawat di Rumah Sakit Blackpool Victoria pada 29 Mei dan menghabiskan 48 hari di ruan intensif karena memerlukan alat bantu napas. Setelah berangsur membaik, Ribaya menjalani rawat inap di bangsal biasa selama 12 hari sebelum diizinkan pulang pada 14 Agustus.


Hanya saja, pihak keluarga mengatakan ia tidak pernah sembuh total dari gejala COVID-19 meski telah dinyatakan sembuh dan diizinkan pulang. Ribaya meninggal dunia setelah mengalami serangan jantung pada 13 Oktober lalu.


"Dia tak pernah sama lagi. Dia sesak sepanjang waktu," tutur sang istri yang juga seorang perawat, Stella Ricio-Ribaya, kepada BBC.


Serangan jantung yang dialami Ribaya dikaitkan dengan fibrosis paru pasca terinfeksi COVID-19 atau dikenal dengan long Covid.


National Health Security Inggris beberapa waktu lalu mengumumkan akan menyusun pedoman tentang cara mengobati kondisi 'long Covid'. Penyusunan pedoman ini dilatarbelakangi makin banyak pasien sembuh yang masih mengeluhkan gejala setelah berbulan-bulan.


Meski belum ada data resmi terkait jumlah orang yang telah meninggal sebagai akibat dari 'long Covid' tetapi kerusakan signifikan yang dapat dilakukan virus pada jantung dan paru-paru menunjukkan kemungkinan itu.


Kasus Baru Corona Eropa Berlipat Ganda 10 Hari Terakhir, Ada Apa?


 Kasus virus Corona COVID-19 Eropa naik dua kali lipat selama 10 hari terakhir. Bahkan untuk pertama kalinya, kasus baru Corona di Eropa menembus angka 200 ribu kasus dalam sehari.

Berdasarkan laporan Reuters, pada Kamis (22/10/2020) banyak negara Eropa bagian selatan yang mencatatkan rekor kasus baru per hari dalam sepekan terakhir.


Sebelumnya, Eropa juga pernah melaporkan kasus baru Corona sebanyak 100 ribu kasus pada 12 Oktober 2020.


Beberapa negara Eropa, seperti Italia, Austria, Kroasia, Slovenia, dan Bosnia pun dilaporkan mengalami rekor kasus baru Corona pada hari Kamis.


Di Eropa bagian Barat, Prancis melaporkan rekor kasus baru Corona sebanyak 41.622 kasus dalam sehari pada hari Kamis. Berbagai upaya pun dilakukan negara itu untuk menekan penyebaran infeksi, salah satunya dengan memperpanjang jam malam.

https://kamumovie28.com/the-perfect-education-1999/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar