Senin, 19 Oktober 2020

Malaysia Temukan Lagi Mutasi Corona D614G, Diduga dari Indonesia-Filipina

 Malaysia sebelumnya mengklaim menemukan mutasi Corona D614G di negaranya. Mutasi COVID-19 jenis ini sempat disebut-sebut 10 kali lebih menular, meski para pakar menyebut belum ada bukti kuat tentang hal itu.

"Ini ditemukan 10 kali lebih menular dan mudah disebarkan oleh 'super-spreader' individu," kata Direktur Jenderal Kesehatan Noor Hisham Abdullah beberapa waktu lalu.


Kini, Malaysia kembali melaporkan mutasi Corona D614G. Mutasi Corona D614G di Malaysia terdeteksi di antara kasus COVID-19 di Lahad Datu, Sabah, wabah yang disebut memicu gelombang ketiga Corona Malaysia.


Dikutip dari New Straits Times, mutasi Corona di Malaysia diklaim kemungkinan berasal dari Indonesia dan Filipina. Kementerian Kesehatan Malaysia tengah melakukan tes pada 20 sampel COVID-19 untuk mempelajari lebih lanjut.


Menurut Dr Noor Hisham, mutasi Corona D614G yang terdeteksi di Lahad Datu berbeda dibandingkan dengan mutasi Corona D614G di Sivagangga, Tawar, yang sebelumnya muncul di Kedah.


"Virus (mutasi Corona D614G) berbeda dari segi karakteristik. Kami menemukan bahwa ada kemungkinan mutasi Corona D614G yang ditemukan di Sabah mungkin berasal dari Filipina atau Indonesia," kata Dr Noor Hisham dalam konferensi pers hariannya tentang situasi COVID-19 di Malaysia baru-baru ini.


Hingga kini, ada 23 klaster baru COVID-19 di Malaysia. Sebanyak 604 orang di antaranya dinyatakan positif COVID-19 sepulang dari Sabah.


"Ada kemungkinan bahwa mereka mungkin pembawa mutasi tipe D614G," jelasnya.


Mutasi Corona D614G yang disebut 10 kali lebih menular, masih menjadi perdebatan. Pasalnya, para ahli meyakini belum ada bukti lebih lanjut terkait studi yang menyatakan mutasi Corona D614G faktanya lebih menular.


"Jadi kalau itu sebetulnya dugaan bahwa dengan perubahan atau mutasi dari (D) asam aspartat ke (G) glisin di no 614 itu bisa mempercepat penularan, tetapi belum ada bukti, artinya bagaimana mempercepatnya," kata Prof Chairul A Nidom Guru Besar Unair kepada detikcom beberapa waktu lalu.

https://nonton08.com/a-hole-in-my-panty/


Curhat Pedagang Helm 'Cetok' Sepeda, Jualan Sepi Gara-gara PSBB Corona


Maraknya tren bersepeda selalu tak berbanding lurus dengan rezeki yang diraup pedagang helm 'cetok'. Pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di berbagai daerah membuat lapak mereka sepi pembeli.

Salah satunya dialami oleh Christian, seorang pedagang helm sepeda di Jl Sudirman, Jakarta Selatan. Ia mengaku, sebelum PSBB bisa menjual hingga 10 helm dalam sehari.


"Sekarang cuman ya paling 5 helm," kata Christian, ditemui Minggu (18/10/2020).


Helm sepeda jenis 'cetok', menurutnya cukup diminati karena cukup ekonomis. Dibanding helm sepeda pada umumnya yang harganya ratusan ribu hingga jutaan rupiah, helm cetok rata-rata hanya dibanderol Rp 100 ribu.


Selain itu, helm cetok juga terbilang multifungsi. Selain bisa dipakai untuk segala jenis sepeda, juga cocok digunakan untuk main skateboard dan olahraga lainnya.


"Buat banyak tipe sepeda masuk, sepeda seli, sepeda lipet, MTB (Mountain Bike atau sepeda gunung), BMX, fixie cocok pakai yang kaya gini," kata Christian.


Selama PSBB, pendapatan Christian menurun drastis dari berjualan helm. Jika dahulu bisa terkumpul hingga Rp 1 juta dalam sehari, kini ia hanya bisa mendapat setengahnya.


"Karena PSBB total jadi penjualannya menurun, sepi," curhatnya.

https://nonton08.com/tutor-secret-lesson-on-tasty-sex/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar