Dalam membantu memutus rantai penyebaran Corona di Indonesia tugas dari tenaga medis memang tidak mudah, mereka harus mempertaruhkan nyawa mereka untuk membantu pasien agar cepat sembuh. Tak jarang ada tenaga medis yang juga terpapar Corona, bahkan harus gugur dalam tugasnya.
Itulah yang menyebabkan Alat Pelindung Diri (APD) sangatlah penting bagi tenaga medis khususnya mereka yang menjadi gugus tugas penanganan COVID-19. Ketua Umum PB Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Daeng M Faqih menyebutkan APD itu bukan hanya untuk tenaga medis tetapi juga untuk masyarakat pada umumnya.
"Ini (APD) bukan hanya untuk dokter dan juga tenaga medis saja, tapi juga untuk pelayanan. Coba saja bayangkan kalau misalkan APD nya tidak memadai, pastinya pelayanan akan terganggu. Itulah mengapa kita tetap teriak APD!" ungkap Daeng saat ditemui di kantor PB IDI, Jakarta, Selasa (12/5/2020).
Menurutnya saat ini sudah banyak juga tenaga medis yang tertular COVID-19 baik itu yang menunjukan gejala atau tidak. Bagi yang menunjukkan gejala dirinya harus dikarantina bersama dengan pasien positif lainnya sedangkan yang tidak harus dikarantina secara mandiri di rumah.
Namun, hal itu dinilai akan mempengaruhi pelayanan untuk menangani pasien positif. Sebab tenaga medis yang terpapar harus berada di rumah selama 14 hari dia nganggur di rumah, dan ini akan merugikan dalam segi pelayanan.
"Semakin banyak yang seperti itu, petugas kesehatan kita akan semakin terbatas. Bayangkan bila jumlahnya banyak 1 petugas medis itu idealnya bisa menolong 3 pasien, coba kalau 40 orang yang dirumahkan, berarti dirinya hilang kesempatan untuk membantu 120 orang," tegas Daeng.
Karena hal itu, hari ini PB IDI dan Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) mendapatkan bantuan berupa 3.000 APD dan juga 1 juta produk khusus yang diberikan oleh Bintang Toedjoe dan BPOM. Produk khusus Bejo Wedang Susu Jahe yang diberikan pun dinilai oleh Daeng akan memberikan khasiat yang baik bagi para tenaga medis.
"Bejo Susu Jahe Merah ini punya khasiat dari susu dan juga ekstrak jahe merah. Walau belum menjadi obat tapi sudah dapat dipastikan keamanannya. Selain itu, produk ini juga punya khasiat untuk meningkatkan daya tahan dan juga menjaga tubuh agar tetap segar," jelasnya.
Ia pun tidak lupa menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada Bintang Toedjoe atas perhatian yang telah diberikan kepada para dokter dan perawat yang menjadi garda terdepan.
Hari Perawat Sedunia, Tengok Lagi Kisah Perawat Indonesia Perangi Corona
Hari ini, Selasa (12/5/2020), diperingati sebagai Hari Perawat Internasional. Begitu banyak jasa yang telah diberikan oleh para perawat demi kesehatan masyarakat, terlebih saat ini di tengah pandemi virus Corona COVID-19.
Berbagai macam kisah dari para perawat yang menangani pasien virus Corona telah menginspirasi masyarakat agar tetap optimis dalam menghadapi musibah penyakit ini. Tak sedikit pula perawat yang gugur akibat terinfeksi COVID-19.
Dirangkum detikcom, berikut ini adalah beberapa kisah yang dialami oleh para perawat selama menjadi garda terdepan dalam melawan virus Corona.
1. Rela tinggalkan istri dan anak demi menjadi relawan
Yudha Adhi Prathama, seorang perawat asal Situbondo, Jawa Timur, rela meninggalkan istri dan anaknya yang masih berusia 4 tahun demi menjadi relawan COVID-19 di Rumah Sakit Darurat COVID-19 (RSDC) Wisma Atlet, Jakarta Pusat.
"Selama di RSDC Wisma Atlet, saya bertugas di lantai 29 dan bergabung di team swab. Yang saya lakukan ini semata-mata karena panggilan nurani, demi kemanusiaan," kata Yudha, Jumat (1/5/2020).
Yudha mengatakan ia merasa gelisah dan tidak tenang melihat hari demi hari jumlah kasus COVID-19 di Indonesia kian bertambah. Karena itu, begitu mendengar adanya rekrutmen relawan tim medis di Jakarta, Yudha tak mau buang waktu lagi.
"Saya malah langsung disuruh berangkat, setelah semua perizinan dari tempat saya berdinas di sini (Situbondo, red) sudah selesai. Waktu itu langsung saya urus. Alhamdulillah, izin cuti saya bisa segera keluar pada akhir Maret lalu," jelas Yudha.
2. Tahan rindu demi perangi virus Corona
Seorang wanita asal Sukabumi, Jawa Barat, bernama Dayantri Azhari yang bertugas menjadi perawat di RSDC Wisma Atlet membagikan pesan kerinduan tentang kampung halamannya. Dayantri bertugas merawat pasien sejak hari pertama Wisma Atlet disulap menjadi Rumah Sakit Darurat COVID-19 sejak akhir Maret lalu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar