Rabu, 13 Mei 2020

Tak Bisa Tunggu Herd Immunity untuk Hambat Virus Corona, Ini Alasannya

Di tengah pandemi virus corona COVID-19 ini, sempat ramai anggapan bahwa 'Herd Immunity' bisa memperlambat penularan pandemi corona. Hal ini tentunya menjadi suatu harapan bagi Indonesia yang saat ini jumlah kasusnya meningkat dari hari ke hari.
Mengutip dari Al-Jazeera, herd immunity didefinisikan sebagai situasi ketika banyak orang dalam suatu populasi memiliki kekebalan terhadap penyakit. Ini dapat secara efektif menghentikan penyebaran penyakit tersebut.

Menanggapi hal ini, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Prof Dr dr Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, mengatakan memang banyak teori-teori yang muncul soal herd immunity. Tapi, tidak bisa hanya menunggu sampai herd immunity tercapai.

"Kita tidak bisa menunggu sampai akan tercapainya herd immunity, tapi sampai kapan itu akan terjadi? Apakah kita tunggu dulu begitu banyak korban?," katanya saat melakukan konferensi pers daring FKUI Peduli COVID-19 pada Jumat (27/3/2020).

Menurut Prof Ari, untuk memperlambat pandemi COVID-19, harus secepatnya menemukan penanganan yang baik untuk pandemi ini, bukan hanya menunggu herd immunity. Misalnya, saat menemukan kasus dipastikan apakah dia pasien dalam pengawasan (PDP) atau memang sudah terkonfirmasi hingga harus diisolasi. Orang yang melakukan kontak dengan si pasien juga harus diisolasi.

Prof Ari menghimbau, untuk agar bisa membantu menekan angka kasus, untuk mengikuti anjuran yang disampaikan oleh presiden beberapa waktu lalu. Anjuran untuk belajar hingga beribadah di rumah.

"Nah ini yang harus menjadi perhatian kita semua. Intinya apa yang disampaikan presiden, belajar dari rumah, bekerja dari rumah, dan beribadah dari rumah," jelasnya.

Profesor FKUI Sebut Fasilitas Kesehatan RI Belum Siap Hadapi Corona

Dewan Guru Besar, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), menggambarkan situasi penanganan virus corona COVID-19 di Indonesia. Dalam surat yang ditujukan untuk Presiden RI Joko Widodo (Jokowi), Ketua Dewan Guru Besar FKUI Siti Setiati menjelaskan bahwa fasilitas kesehatan Indonesia belum siap.
Siti menjelaskan bahwa angka tingkat kematian atau case fatality rate (CFR) virus corona di Indonesia termasuk yang tertinggi di dunia. Bila menggunakan rata-rata CFR dunia yang ada di angka empat persen, maka seharusnya angka kasus corona yang ada di Indonesia saat ini sekitar 1.300 kasus.

"Fasilitas kesehatan kita tidak siap. Dengan episentrum infeksi saat ini di Jabodetabek dan Surabaya saja fasilitas kesehatan kita masih memiliki kesulitan untuk mendapatkan APD (alat pelindung diri)," tulis Dewan Guru Besar FKUI.

"Selain itu, ketersediaan alat bantu pernapasan hanya terbatas di beberapa RS saja, menghasilkan CFR yang tinggi. Sulit dibayangkan apabila daerah Papua dengan fasilitas kesehatan yang minim terinfeksi COVID-19," lanjut tulisan dalam surat.

Untuk mencegah terjadinya kolaps sistem kesehatan, Dewan Guru Besar FKUI mengimbau pemerintah menerapkan lockdown. Bila lockdown nasional tidak memungkinkan maka lockdown daerah bisa jadi alternatif dengan aturan yang tegas.

Pemerintah juga diimbau untuk memperluas pengetesan dan menyediakan lebih banyak APD untuk para tenaga medis.

"Bayangkan apabila infeksi ini meluas di Indonesia! Bukan hanya masyarakat yang akan menjadi korban, tetapi tenaga kesehatan garis depan pun satu per satu akan berguguran. Sungguh tragis," pungkas pesan dalam surat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar