Donald Trump Presiden Amerika Serikat (AS) dinyatakan positif COVID-19 pada Jumat (2/10/2020). Ia sempat disebut kritis karena saturasi oksigennya berada di bawah 90, meski begitu belakangan Trump tampak melambaikan tangan dari mobil pada Minggu (4/10/2020) di luar rumah sakit tempat ia dirawat karena positif COVID-19.
Para ahli pun menduga Trump mengalami kondisi berat karena COVID-19 lantaran pemberian dexamethasone. Pasalnya, dexamethasone selama ini hanya diberikan pada pasien COVID-19 bergejala berat atau membutuhkan ventilator.
Penggunaan dexamethasone pada pasien COVID-19 bermula dari penelitian Universitas Oxford. Mereka menemukan kemanjuran dexamethasone yang berhasil menyelamatkan pasien COVID-19 dengan gejala berat.
Uji klinis dexamethasone
Bahkan beberapa waktu lalu New York Times melaporkan para peneliti memperkirakan penggunaan obat steroid dexamethasone sejak awal pandemi Corona bisa mencegah sejumlah kematian.
Dalam kasus yang parah, virus Corona secara langsung menyerang sel-sel yang melapisi saluran udara dan paru-paru pasien. Namun, infeksi tersebut juga dapat memicu reaksi kekebalan yang luar biasa yang sama berbahayanya. Tiga perempat pasien COVID-19 yang dirawat di rumah sakit harus menerima bantuan oksigen.
Obat dexamethasone mengurangi peradangan yang disebabkan oleh sistem kekebalan tubuh. Dalam penelitian dari Universitas Oxford, obat dexamethasone mengurangi sepertiga kematian pasien yang menggunakan ventilator, dan seperlima dan kematian pasien dengan bantuan oksigen.
Termasuk obat keras
Pasalnya, hingga kini belum ada uji klinis terkait manfaat dexamethasone terhadap pasien Corona bergejala ringan. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) pun sempat melarang keras penggunaan dexamethasone untuk pencegahan Corona karena termasuk obat keras.
Hal yang sama disampaikan WHO terkait penggunaan dexamethasone pada pasien COVID-19. Belum ada uji klinis dexamethasone yang dilakukan pada pasien bergejala ringan.
"Manfaatnya hanya terlihat pada pasien yang sakit parah dengan COVID-19, dan tidak diamati pada pasien dengan penyakit yang lebih ringan," demikian rilis WHO beberapa waktu lalu.
"Ini adalah pengobatan pertama yang terbukti mengurangi kematian pada pasien COVID-19 yang membutuhkan oksigen atau dukungan ventilator," kata Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal WHO.
Dexamethasone juga bisa memicu beragam efek samping terlebih jika tidak menggunakan resep dokter seperti menurunkan daya tahan tubuh dan meningkatkan tekanan darah, seperti keterangan dari BPOM terkait larangan dexamethasone untuk mencegah COVID-19.
https://nonton08.com/demolition/
Perawatan Trump untuk COVID-19, dari Obat Eksperimental sampai Dexamethasone
Presiden Amerika Serikat Donald Trump kini tengah mendapatkan perawatan di Rumah Sakit Militer Walter Reed, usai ia dan istrinya, Melania Trump, dinyatakan positif terinfeksi COVID-19 pada Jumat (2/10/2020) lalu.
Disebutkan, Trump hanya mengalami gejala demam ringan. Namun, melihat usianya sudah 74 tahun membuatnya berisiko mengalami pengembangan gejala virus Corona COVID-19 yang lebih parah.
Dikutip dari Channel News Asia, pihak Gedung Putih melaporkan bahwa Trump akan mendapatkan sejumlah perawatan, dari obat eksperimental untuk COVID-19 hingga obat pendukung untuk meningkatkan daya tahan tubuh.
"Tidak ada pengobatan hingga saat ini yang benar-benar terbukti efektif untuk penyakit COVID-19. Pada titik ini, benar-benar merupakan perawatan simptomatik dan suportif," Direktur Epidemiologi rumah sakit di Cedars-Sinai Medical Center, Los Angeles, Dr Jonathan Grein, yang tidak terlibat dalam perawatan Trump.
Obat apa saja yang diberikan pada Trump dalam perawatan virus Corona COVID-19?
1. REGN-COV2
Dokter kepresidenan Amerika Serikat (AS), dr Sean Conley, mengatakan Trump telah diberikan satu dosis obat antibodi eksperimental REGN-COV2 sesaat sebelum Trump dibawa ke rumah sakit. Obat ini dikembangkan oleh perusahaan bioteknologi Regeneron Pharmaceuticals.
Meski belum terbukti efektif dan aman dalam pengobatan COVID-19, obat antibodi ini dipercaya dapat melawan virus Corona COVID-19.
"Setelah konfirmasi PCR dari diagnosis presiden, sebagai tindakan pencegahan, dia menerima satu dosis 8 gram antibodi poliklonal Regeneron," papar dokter Gedung Putih Sean Conley dalam sebuah pernyataan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar